MANIPULASI GUGUS FUNGSI 1 HETEROATOM
Ketika lebih dari satu jenis atom berada dalam satu senyawa cincin, mereka dikenal sebagai senyawa heterosiklik. Dalam senyawa ini umumnya satu atau lebih atom unsur seperti nitrogen (N), oksigen (O), atau sulfur (S) ada didalam cincin. Atom selain karbon yaitu N, O atau S yang ada didalam cincin disebut heteroatom. Senyawa seterosiklik dengan lima dan enam atom disebut sebagai heterosiklik beranggota lima dan enam. Contohnya adalah piridin, furan, tiofen, pirol.
Senyawa heterosiklik selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai monosiklik, bisiklik dan trisiklik tergantung pada jumlah atom penyusun atom satu, dua atau tiga. Banyak cara menggolong-golongkan senyawa organik. Klasifikasi berikut hanya untuk memberikan gambaran jenis senyawa organik berdasarkan unsur pembentuknya.
Sebagian besar molekul organik memiliki ikatan σ C–C and C–H. Ikatan ini bersifat kuat, nonpolar, dan tidak mudah terputus. Molekul-molekul organik memiliki ciri khas berupa sifat struktural sebagai berikut:
Sifat struktural inilah yang membedakan suatu molekul organik dengan molekul lainnya. Sifat ini menentukan geometri, sifat fisik dan reaktivitas suatu molekul, dan termasuk dalam apa yang disebut sebagai gugus fungsional.
Gugus fungsional adalah suatu atom atau kelompok atom yang memiliki karakteristik fisikokimia tertentu. Gugus fungsi merupakan bagian yang reaktif daru sebuah molekul.
Suatu heteroatom dapat memberikan reaktifitas pada suatu molekul tertentu karena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron. Sedangkan ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Suatu ikatan π membuat suatu molekul menjadi basa dan bersifat nukleofil.
Meskipun dalam reaksi bersangkutan hampir semua bersifat ionic, dan melibatkan heteroatom nukleofilik, bukan berarti ikatan σ C–C dan C–O tidak penting. Ikatan-ikatan tersebut membentuk skeleton atau rangka dasar karbon tempat gugus-gugus fungsional terikat.
Misalnya etana, yang hanya memiliki ikatan σ C–C dan C–O, sehingga tidak memiliki gugus fungsional. Etana tidak memiliki ikatan polar, pasangan elektron bebas, maupun ikatan π, sehingga tidak ada sisi reaktif. Karena itu, etana dan molekul-molekul yang sejenis dengannya sangat tidak reaktif. Di sisi lain, etanol memiliki dua atom karbon dan lima atom hidrogen pada rangka induknya, serta satu gugus OH, suatu gugus fungsional yang disebut gugus hidroksi. Etanol memiliki pasangan elektron bebas dan ikatan polar yang membuatnya bersifat reaktif dengan berbagai macam pereaksi.
Diskoneksi satu gugus C-X telah dimulai dengan senyawa aromatic, karena memang pada
senyawa aromatic posisi diskoneksi dengan mudah dapat diputuskan. Kemudian dilanjutkan dengan
senyawa eter, amida, dan silfida. Pada senyawa-senyawa tersebut sekali lagi posisi diskoneksi mudah
ditentukan, diskoneksi dilakukan pada ikatan yang menghubungkan antara karbon dengan heteroatom
(X) diskoneksi ini diberi nama diskoneksi satu gugus karena hanya diperlukan pengenalan satu gugus
fungsional sebelum dilakukan diskoneksi. Label C-X atau C-N, dan sebagainya dapat digunakan.
Dalam diskoneksi akan menghasilkan sinton karbon kationik (R+). Reagen untuk sinton ini
biasanya mempunyai gugus pergi yang baik (good leaving group) yang terikat pada R. dalam reaksi
bersangkutan hampir semua bersifat ionic, dan melibatkan heteroatom nukleofilik seperti alcohol
(ROH), amina (RNH2) atau tiol (RSH). Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi, reagen yang terlibat
dapat suatu alkil halide, aril klorida, atau senyawa sejenis. Reagen yang paling baik adalah reagen yang
paling mudah mengalami reaksi substitusi.
permasalahan :
1. mengapa Sebagian besar molekul organik terutama Heteroatom tidak mudah terputus ikatanya ?
2. mengapa dalam reaksi diskoneksi heteroatom bersangkutan hampir semua bersifat ionic, dan melibatkan heteroatom nukleofilik ?
3. mengapa Suatu heteroatom dapat memberikan reaktifitas pada suatu molekul tertentu ?
Assamuaallaikum..baik lah saya akan menjawab permaslahan no 3 :
BalasHapuskarena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron. Sedangkan ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Suatu ikatan π membuat suatu molekul menjadi basa dan bersifat nukleofil.
Saya akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu karena heteroatom itu sendiri memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron dan hal ini yang membuat ny menjadi jarang trputus dan menrima elektron lain
BalasHapusSaya akan menjawab nomor 2. Karena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu karena heteroatom itu sendiri memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron dan hal ini yang membuat ny menjadi jarang trputus dan menrima elektron lain
BalasHapusSaya akan menjawab nomor 2. Karena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron.
BalasHapusAssamuaallaikum..baik lah saya akan menjawab permaslahan no 3 :
BalasHapuskarena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron. Sedangkan ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Suatu ikatan π membuat suatu molekul menjadi basa dan bersifat nukleofil.
Diskoneksi satu gugus C-X telah dimulai dengan senyawa aromatic, karena memang pada senyawa aromatic posisi diskoneksi dengan mudah dapat diputuskan. Kemudian dilanjutkan dengan senyawa eter, amida, dan silfida. Pada senyawa-senyawa tersebut sekali lagi posisi diskoneksi mudah ditentukan, diskoneksi dilakukan pada ikatan yang menghubungkan antara karbon dengan heteroatom (X) diskoneksi ini diberi nama diskoneksi satu gugus karena hanya diperlukan pengenalan satu gugus fungsional sebelum dilakukan diskoneksi
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu karena heteroatom itu sendiri memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron dan hal ini yang membuat ny menjadi jarang trputus dan menrima elektron lain
BalasHapusjawaban permasalahan nomor 1
BalasHapusDiskoneksi satu gugus C-X telah dimulai dengan senyawa aromatic, karena memang pada senyawa aromatic posisi diskoneksi dengan mudah dapat diputuskan. Kemudian dilanjutkan dengan senyawa eter, amida, dan silfida. Pada senyawa-senyawa tersebut sekali lagi posisi diskoneksi mudah ditentukan, diskoneksi dilakukan pada ikatan yang menghubungkan antara karbon dengan heteroatom (X) diskoneksi ini diberi nama diskoneksi satu gugus karena hanya diperlukan pengenalan satu gugus fungsional sebelum dilakukan diskoneksi. Label C-X atau C-N, dan sebagainya dapat digunakan. Dalam diskoneksi akan menghasilkan sinton karbon kationik (R+). Reagen untuk sinton ini biasanya mempunyai gugus pergi yang baik (good leaving group) yang terikat pada R. dalam reaksi bersangkutan hampir semua bersifat ionic, dan melibatkan heteroatom nukleofilik seperti alcohol (ROH), amina (RNH2) atau tiol (RSH). Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi, reagen yang terlibat dapat suatu alkil halide, aril klorida, atau senyawa sejenis. Reagen yang paling baik adalah reagen yang paling mudah mengalami reaksi substitusi.
Saya akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu karena heteroatom itu sendiri memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron dan hal ini yang membuat ny menjadi jarang trputus dan menrima elektron lain
BalasHapus